Bongbong Marcos akan Lebih Dekatkan Filipina dengan China, Memperumit Strategi AS
On Mei 11, 2022 by adminKemenangan telak Ferdinand Marcos Jr. dalam Pilpres Filipina meningkatkan kehawatiran erosi demokrasi di Asia dan memperumit upaya AS menumpulkan pengaruh China di sana. Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, putra mantan pemimpin diktator Filipina, Ferdinand Marcos, meraih lebih dari dua kali lipat suara dibanding lawannya, Leni Robredo, menurut perhitungan tidak resmi. Jika suaranya unggul sampai akhir, Marcos akan menggantikan Presiden Rodrigo Duterte pada akhir Juni nanti untuk masa jabatan enam tahun.
Duterte dikenal dekat dengan China dan Rusia, serta beberapa kali mengritik Amerika Serikat. Jika menang, Marcos mungkin akan semakin melanggengkan hubungan Filipina dengan China, di saat yang sama memperumit strategi AS di Asia Pasifik. Dilansir , ratusan pendukung berkumpul di luar markas kampanye Marcos di Epifanio de los Santos Avenue di Manila tengah, untuk merayakan keunggulan suara berdasarkan penghitungan sementara, Selasa (10/5/2022).
Dengan lebih dari 98 persen suara dihitung, Marcos memimpin saingan utamanya yakni Wakil Presiden Leni Robredo dengan lebih dari 30 poin persentase. Marcos mengakui kontroversi seputar latar belakangnya dalam sebuah pernyataan oleh juru bicara Vic Rodriguez, yang dikutip oleh Reuters dan media lainnya. "Kepada dunia, dia (Marcos) berkata: Nilai saya bukan dari leluhur saya, tetapi dari tindakan saya," kata Rodriguez.
"Kepada mereka yang memilih Bongbong (Marcos), dan mereka yang tidak, itu adalah janjinya untuk menjadi presiden bagi semua orang Filipina, untuk mencari titik temu melintasi perpecahan politik dan bekerja sama untuk menyatukan bangsa," imbuhnya. Selama kampanye, Marcos menolak berpartisipasi dalam debat publik serta menghindari kritik dari kandidat lain. Sehingga sulit untuk menilai platform kebijakannya secara menyeluruh.
Tetapi pernyataannya di masa lalu, termasuk menyebut keterlibatan Duterte dengan China "benar benar satu satunya pilihan kami", menunjukkan bahwa dia akan melanjutkan kebijakan luar negeri pemerintahan saat ini. Pada Oktober lalu, Marcos mengunjungi Kedutaan Besar China dan berbicara dengan Duta Besar Huang Xilian. Filipina berada di garis depan ketegangan AS China, dan terjerat dalam sengketa wilayah dengan Beijing di Laut China Selatan.
Pengadilan arbitrase internasional memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim China luas atas kawasan laut tersebut "tidak memiliki dasar hukum". Kendati demikian, Beijing terus membangun kehadiran militernya di daerah itu untuk memperkuat kontrol. Namun, Duterte secara konsisten memulihkan hubungan dengan China, dengan memprioritaskan kerja sama ekonomi di atas pertikaian teritorial.
Investasi langsung dari China antara 2016 dan 2021, selama masa jabatan Duterte, membengkak dengan faktor 12 dibandingkan dengan total selama enam tahun sebelumnya di bawah pendahulunya Benigno Aquino. Infrastruktur, termasuk jembatan yang didanai China, baru baru ini di Manila telah menjadi pusat kerja sama. Bagaimana pemerintah yang dipimpin Marcos, jika menang dalam Pilpres, akan berurusan dengan Amerika Serikat (AS) kurang jelas.
Filipina, yang pernah diperintah oleh AS, sekarang menjadi salah satu dari sedikit sekutu perjanjian Asia Washington, bersama dengan Jepang dan Korea Selatan. Sementara fasilitas militer Amerika di negara itu telah lama ditutup, pasukan AS bergiliran masuk dan keluar untuk latihan di bawah Perjanjian Pasukan Kunjungan sekutu (VFA). Hubungan ini kadang kadang goyah di bawah Duterte, dengan presiden pada satu titik memutuskan untuk mengakhiri VFA sebelum kemudian berbalik arah.
Jika Marcos sangat bergantung pada China untuk membantu ekonomi Filipina pulih dari pandemi virus corona, strategi Asia Pasifik Washington pasti akan terkendala. Marcos, yang unggul jumlah suara saat ini, akan memimpin bersama Sara Duterte, putri dari Presiden Rodrigo Duterte yang juga memenangkan banyak suara sementara untuk jabatan wakil presiden. Pada rapat umum hari Sabtu di Manila untuk mengakhiri kampanye, seruan Sara Duterte untuk persatuan menimbulkan sorakan antusias dari kerumunan.
Setelah Marcos memulai pidatonya, beberapa peserta meninggalkan tempat tersebut. Sosok ayah "Bongbong" Marcos, Ferdinand Marcos tidak bisa lepas dari sejarah kelam Filipina. Mantan presiden itu mempertahankan cengkeramannya pada kekuasaan dengan merevisi konstitusi dan memberlakukan darurat militer selama bertahun tahun.
Aktivis dan lawan politik dipenjara dan disiksa. Rezim itu membunuh lebih dari 3.000 orang, dan keluarga Marcos mengumpulkan sekitar $10 miliar kekayaan dari hasil korupsi. Terlepas dari semua ini, "Bongbong" Marcos telah membangun fondasi untuk kebangkitan politik.
Ia sempat bertugas di kongres dan senat sejak kembali ke Filipina pada 1991, setelah mengasingkan diri bersama keluarganya selama pemberontakan rakyat pada tahun 1986. Dia menggunakan media sosial untuk melunakkan citra negatif ayahnya selama kampanye. Para kritikus khawatir dia akan mencoba menulis ulang sejarah pemerintahan Marcos Sr. setelah menjabat.
You may also like
Pos-pos Terbaru
- Import Barang China : Panduan Lengkap untuk Memulai Bisnis Impor dari China
- Strategi Optimal untuk Keamanan Data dalam Layanan Cloud Computing
- Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi Tinggi
- Manfaat Penggunaan Panel Surya untuk Perkembangan Perusahaan
- Menggali Lebih Dalam Solusi SaaS ERP
- Lemari Pakaian : Menyimpan dan Menyusun Pakaian dengan Tepat
- Mengapa Penting Memilih Preschool Jakarta Barat yang Tepat
- SDG Indonesia: Menggagas Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
- Model Desain Cincin Berlian Solitaire yang Digemari Wanita
- Beberapa Tips Dalam Memilih Pagar Rumah
Tinggalkan Balasan